BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Dengan
semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut
terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung kemajuannya dalam bidang
ini. Dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi, bangsa Indonesia akan
dapat memenuhi tuntutan ini.Bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana
guna memenuhi Sumber Daya Manusia yang
berkualitas. Dalam merealisasikan hal
ini Fakultas Teknik Universitas Almuslin Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen
menuntut agar mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan memberikan
tugas-tugas kuliah sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar
dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia
kerja.
1.2.
Maksud
dan Tujuan
Dalam
menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern dan Berteknologi pada saat ini,
sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Dalam hal ini khususnya
teknik sipil sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan
keterampilan dalam bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Almuslin Kecamatan
Peusangan Kabupaten Bireuen sebagai lembaga pendidikan mempunyai tujuan untuk
menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam
menghadapi masa depan serta dapat menyukseskan pembangunan nasional.
1.3.
Batasan Masalah
Merencanakan penulangan Kolom dan Balok,
dengan ukuran penampang sebagai berikut :
-
Kolom : 40 x 40 cm
-
Balok : 30 x 50 cm
1.4.
Kriteria
Perencanaan
1. Spesifikasi Bangunan
a.
Fungsi bangunan : Asrama
b.
Luas bangunan : 280 m2
c.
Jumlah lantai : 2 lantai
d.
Tinggi antar lanta : 4 m (untuk lantai 1), 3 m
(untuk lantai 2)
e.
Penutup atap : Pelat (t = 12 cm)
2. Spesifikasi Bahan
a.
Mutu beton (f’c) : 20 MPa, Fcs = 15 Mpa
b.
Mutu baja tulangan (fy) : 400 MPa, Fys = 270 Mpa
1.5.
Peraturan
dan Standar Perencanaan
a.
Tata cara perencanaan
struktur baja untuk bangunan gedung (SNI 03-1726-2003).
b.
Tata cara perencanaan
struktur beton untuk bangunan gedung(SNI 02-2847 - 2002).
c.
Peraturan Pembebanan
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1989).
BAB II
DASAR TEORI
2.1.
Dasar
Perencanaan
2.1.1. Jenis Pembebanan
Dalam
merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu
mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang
bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur
dihitung menurut, (PPIUG 1983). beban beban tersebut adalah:
1.
Beban
Mati (qd)
Beban mati adalah beban dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap atau tidak berubah, termasuk segala unsur tambahan serta
peralatan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Untuk merencanakan
gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan
komponen gedung, dapat dilihat pada Pedoman Pembebanan Indonesia Untuk gedung (PPIUG 1983).
2.
Beban
hidup (ql)
Beban
hidup adalah beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung,
termasuk dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti
selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan
lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban
yang berasal dari air hujan sebesar 2,5 kN/m2 (PPIUG 1983).
Berhubung
peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua
unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah
sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul
beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu
koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau,
seperti Koefisien Reduksi Beban Hidup (table PPIUG-1983).
3.
Beban
Gempa (E)
Beban gempa dihitung berdasarkan Tata
Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003), yang
dilakukan dengan 3 metode yaitu static ekuivalen, dengan cara dinamik dengan
Spectrum Respon Analysis, dan cara dinamik dengan Time History Analysis. Pada
gedung ini dilakukan dengan cara static ekuivalen
4.
Kombinasi
Pembebanan
Untuk kombinasi pembebanan
berdasarkan Tata Cara Perhitungan Dtruktur Beton Untuk Gedung (SNI
03-2847-2002) yaitu :
U =
1,4 D
U =
1,2 D + 1,6 L
U =
1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
U =
0,9 D ± 1,0 E
Keterangan :
D =
Dead Load (beban mati)
L =
Live Load (beban hidup)
E =
Earthquake (beban gempa)
5.
Asumsi
yang digunakan
Pemodelan struktur 3D (Space Frame)
dilakukan dengan program computer yaitu dengan software sap2000 versi 7.
BAB
III
PEMBEBANAN
3.1.
Pembebanan
Struktur
3.1.1.
Pembebanan
pada pelat lantai
a.
Lantai
1 (satu)
Direncanakan tebal
pelat 12 cm
o
Beban Mati (qd)
-
Berat sendiri pelat : 0,12 x 24 x 1 = 2,88 kN
-
Berat keramik (1 cm) : 0,01 x 24 x 1 = 0,24 kN
-
Berat spesi (2 cm) : 0,02 x 21 x 1 = 0,42 kN
-
Berat pasir (2 cm) : 0,02 x 16 x 1 = 0,32 kN
-
Berat plafon + instalasi + mekanikal = 0,25 kN
Qd = 4,11 kN
Jadi
beban mati pelat lantai 1 adalah qd x luas pelat = 6,99 x 288 = 1957,2
kN
o
Beban hidup (ql)
-
Beban hidup yang terjadi pada lantai
asrama adalan 2,5 kN/m2
Beban
hidup pelat lantai 1 adalah ql x luas pelat = 2,5 x 288 = 700 kN
Jadi
beban hidup yang bekerja pada lantai 1 = 700 x 0,75 = 525 kN
Keterangan
:
”0,75 adalah faktor
reduksi beban hidup yang terjadi pada lantai (PPIUG 1983)”
b.
Lantai
2 / Atap
Direncanakan tebal
pelat 12 cm
o
Beban Mati (qd)
-
Berat sendiri pelat : 0,12 x 24 x 1 = 2,88 kN
-
Berat spesi (2 cm) : 0,02 x 21 x 1 = 0,42 kN
-
Berat plafon + instalasi + mekanikal = 0,25 kN
Qd = 3,55 kN
Jadi
beban mati pelat lantai 1 adalah qd x luas pelat = 3,55 x 280 = 994
kN
o
Beban hidup (ql)
-
Beban hidup yang terjadi pada lantai
atap adalan 1,5 kN/m2
Beban hidup pelat lantai 1 adalah
ql x luas pelat = 1,5 x 288 = 420
kN
Jadi beban hidup yang bekerja pada
lantai 1 = 420 x 0,75 = 315 kN
3.1.2.
Pembebanan
pada Kolom dan Balok
a.
Berat
kolom dan balok lantai 1
Direncanakan kolom dengan ukuran 40 x 40 cm dan balok 30 x 50 cm
Berat
sendiri kolom = 0,4 x 0,4 x 24 = 3,84 kN/m
Berat
sendiri balok = 0,3 x 0,5 x 24 = 3,60 kN/m
Berat
kolom lantai 1 = 3,84 x 5,5 x 20 = 422,4 kN
Berat
balok lantai 1 = 3,60 x 150 = 540 kN
b.
Berat
kolom lantai 2
Berat kolom lantai
2/atap = 3,84 x 1,8 x 20 = 138, 24 kN
Berat balok lantai
2/atap = 3,60 x 150 = 540 kN
c.
Rekapitulasi
berat struktur
1. Berat
struktur lantai 1
=
Berat kolom + berat balok + berat lantai + beban hidup
=
422,4 + 540 + 1957,2 + 525 =
3445 kN
2. Berat
struktur lantai 2/atap
=
Berat kolom + berat balok + berat lantai
=
138,24 + 540 + 1957,2 + 315 =
1987 kN
Tabel 1.1 Rekapitulasi
Berat Struktur Per Lantai
|
|||
Lantai
|
Tinggi
|
Berat Lantai
|
Wx.hx
|
hx
|
Wx
|
||
(m)
|
(kN)
|
(kN-m)
|
|
2
|
7
|
3445
|
24112
|
1
|
5.5
|
1987
|
10930
|
∑
|
5432
|
35042
|
|
3.1.3. Beban Ekuivalen Lantai
a.
Beban
Ekuivalen Lantai 1 (satu)
Gambar 1.0 Distribusi Beban Ekuivalen
Pembebanan
ekuivalen pada lantai 1 (satu) dirubah dalam bentuk segitiga dan trapesium,
sehingga beban lantai didistribusikan ketiap balok portal.
1.
Tipe
A Segitiga
Leq
1 = 2/3 x h
=
2 m
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 8,2 kN
Beban
Hidup (LL)
= ql x Leq 1
= 5 kN
2.
Tipe
B Segitiga
Leq 1 =
2/3 x h
=
0,67 m
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 2,7 kN
Beban
Hidup (LL)
= ql x Leq
= 1,7 kN
3.
Tipe
C Trapesium
Leq =
h-(4.a2.h/3.L2)
= 0,92 m
a = ¼ L
= 1.5 m
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 3,8 kN
Beban
Hidup (LL)
= ql x Leq
= 2,3 kN
b.
Beban
Ekuivalen Lantai 2 / atap
1.
Tipe
A Segitiga
Leq
1 = 2/3 x h
=
2 m
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 7,1 kN
Beban
Hidup (LL)
= ql x Leq 1
= 3 kN
2.
Tipe
B Segitiga
Leq 1 =
2/3 x h
=
0,67 m
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 2,4 kN
Beban
Hidup (LL)
= ql x Leq
= 1 kN
3.
Tipe
C Trapesium
Leq =
h-(4.a2.h/3.L2)
= 0,92 m
a = ¼ L
= 1.5 m
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 3,3 kN
Beban
Hidup (LL)
= ql x Leq
= 1,4 kN
3.2.
Beban Gempa
a.
Lokasi
Proyek
Lokasi pembangunan proyek didesa
Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Daerah tersebut tergolong
kewilayah zona 4 (empat), jenis tanah dilokasi proyek termasuk kedalam kategori
tanah sedang.
Untuk tanah sedang zona 4 menurut tabel 4. Pasaar 4.7.2 SNI 03-1726-2003 :
-
Percepatan puncak batuan dasar : 0,15 g
-
Percepatan puncak muka tanah, A0 : 0,22 g
-
Tc :
0,60 dtk
-
Am :
0,55
-
Ar :
0,33
tabel 5. Pasaar 4.7.6 SNI
03-1726-2003
-
T :
0,0731 x H3/4
: 0,46 dtk
Untuk
T ≤ Tc, maka C = Am (pasal 4.7.6 SNI
03-1726-2003)
-
C = Am : 0,55
-
I = 1,0 (tabel 1. Pasar 4.2 SNI 03-1726-2003)
Dimana :
C = Koefisien respons gempa
I = Faktor keutamaan struktur
Wt = Berat total bangunan
R = Faktor reduksi, 8,5 (Tabel
2. SNI 1726 – 2003)
|
b.
Base
Shear (VB)
VB =
=
= 351 kN
= 351 kN
c.
Gaya
Lateral Ekuivalen
Fx =
-
Lantai 2 /atap
F2 =
-
Lantai 2
F1 =
Tabel 1.2 Gaya Lateral Equivalent dan Gaya
Geser Story
|
||||||
Lantai
|
hx
|
wx
|
hx wx
|
F Lateral
|
V Story
|
|
Fx
|
Vx
|
|||||
(kN)
|
(kN)
|
(kN-m)
|
(kN)
|
(kN)
|
||
2
|
7
|
3445
|
24112
|
242
|
242
|
|
1
|
5.5
|
1987
|
10930
|
110
|
351
|
|
∑
|
5432
|
35042
|
||||
Tabel 1.3 Hitungan gaya gempa per joint
|
|||
Lantai
|
F lateral
|
Gaya Gempa
|
|
Fx
|
Equivalent
|
||
(kN)
|
(kN)
|
||
2
|
242
|
12
|
|
1
|
110
|
5
|
|
Tabel 1.4 Input ke sap2000
|
|||
Lantai
|
Arah X
|
Arah Y
|
|
70%
|
30%
|
||
kN
|
kN
|
||
2
|
8.46
|
3.63
|
|
1
|
3.84
|
1.64
|
|
BAB IV
DESAIN TULANGAN
4.1.
Pembesian
Balok
Dari hasil perhitungan pembesian balok
dan kolom dengan kombinasi pembebanan yang telah ditetapkan dapat dilihat pada
lampiran luas tulangan total. Tampak bahwa tidak satupun elemen balok atau
kolom yang mengalami over strength (OS) yang ditandai dengan warna merah
pada elemennya. Dengan demikian secara keseluruhan struktur aman terhadap
berbagai macam kombinasi beban gempa yang telah ditetapkan.
4.1.1.
Pembesian
Pada Balok Lantai 1 (satu)
Dari hasil
analisis design check of structure, maka didapat luas tulangan total untuk tiap frame ID, maka diambil salah satu nilai
yang paling maksimum, dikarenakan untuk memudahkan pelaksanaan. Untuk
konstruksi sederhana yang mudah diawasi, penggunaan diameter yang bervariasi
tidak jadi masalah jika digunakan. tapi untuk skala yang lebih besar hal itu
harus benar diperhatikan. Pada gedung ini luas tulangan total yang maksimum
dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini
adalah sebagai berikut :
Tabel 1.5 Luas Tulangan Total
Frame
ID
|
Section
ID
|
Kombinasi
|
Luas Tulangan Total (mm2)
|
Portal
As
|
||||
Top Steel
|
Bottom Steel
|
Shear Steel
|
Momen+ Rebar
|
Momen- Rebar
|
||||
45
|
B 30x50
|
Combo 2
|
807.294
|
475.738
|
1.524
|
388.751
|
807.294
|
4
|
46
|
B 30x50
|
Combo 3
|
475.738
|
269.419
|
1.071
|
202.064
|
411.608
|
|
47
|
B 30x50
|
Combo 2
|
807.294
|
475.738
|
1.528
|
388.751
|
807.294
|
|
Tulangan
yang digunakan
Dari tabel diatas maka diambil luas
tulangan yang maksimum untuk desain penulangan pada balok portal yaitu pada
frame ID 47 (pada portal as 4).
-
Tulangan
Lapangan (tengah bentang)
Tulangan
atas :
Jika digunakan
tulangan D19 (Deform
Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼ (3.14) x (19)2
= 283, 385 mm2
Ast =
807.294 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah
(807.294 / 283.385 = 2.849 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 3D19
Tulangan
bawah :
Jika digunakan tulangan
D19 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (19)2
=
283, 385 mm2
Ast = 475.738 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (475.738 / 283.385 = 1.679 buah)
Maka untuk tulangan
atas dipakai 2D19
Tulangan
geser :
Jika digunakan tulangan
P 10 (Besi polos)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.528 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749
mm)
Maka digunakan tulangan
2P10 – 100 mm
-
Tulangan
tumpuan (bebas)
Tulangan
atas :
Jika digunakan tulangan
D19 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (19)2
=
283, 385 mm2
Ast = 807.294 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah)
Maka ntuk tulangan atas
dipakai 3D19
Tulangan
bawah
:
Jika digunakan tulangan
D19 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (19)2
= 283,
385 mm2
Ast = 388.751 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (388.751 / 283.385 = 1.372 buah)
Maka untuk tulangan
atas dipakai 2D19
Tulangan
geser :
Jika digunakan tulangan
P 10 (Besi polos)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.528 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749
mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100
mm
-
Tulangan
tumpuan (menerus)
Tulangan atas :
Jika digunakan tulangan
D19 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (19)2
=
283, 385 mm2
Ast = 807.294 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah)
Maka ntuk tulangan atas
dipakai 3D19
Tulangan
bawah
:
Jika digunakan tulangan
D19 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼ (3.14)
x (19)2
=
283, 385 mm2
Ast = 388.751 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (388.751 / 283.385 = 1.372 buah)
Maka untuk tulangan
atas dipakai 2D19
Tulangan
geser :
Jika digunakan tulangan
P 10 (Besi polos)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
= 78.500 mm2
Ast = 1.528 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749
mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100
mm
4.1.2.
Pembesian
balok lantai 2 / atap
Tabel dibawah ini
adalah luas tulangan total pada balok lantai 2 / atap.
Tabel
1.6 Luas Tulangan Total
Frame
ID
|
Section
ID
|
Kombinasi
|
Luas Tulangan Total (mm2)
|
Portal
As
|
||||
Top Steel
|
Bottom Steel
|
Shear Steel
|
Momen+ Rebar
|
Momen- Rebar
|
||||
12
|
B
30x50
|
Combo
2
|
621.449
|
402.720
|
1.025
|
302.04
|
621.449
|
3
|
14
|
B
30x50
|
Combo
3
|
436.805
|
215.266
|
1.148
|
161.449
|
327.604
|
|
13
|
B 30x50
|
Combo 2
|
621.449
|
402.720
|
1.029
|
302.04
|
621.449
|
|
Tulangan
yang digunakan
Dari tabel diatas maka diambil luas
tulangan yang maksimum untuk desain penulangan pada balok portal yaitu pada
frame ID 13 (pada portal as 3).
-
Tulangan
Lapangan (tengah bentang)
Tulangan
atas :
Jika digunakan tulangan
D16 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (16)2
= 200,
960 mm2
Ast = 621.449 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092 buah)
Maka untuk tulangan
atas dipakai 4D16
Tulangan
bawah :
Jika digunakan tulangan
D16 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (16)2
=
200, 960 mm2
Ast = 402.720 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (402.720 / 283.385 = 2.004 buah)
Maka untuk tulangan
atas dipakai 3D16
Tulangan
geser :
Jika digunakan tulangan
P 10 (Besi polos)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.029 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575
mm)
Maka digunakan tulangan
2P10 – 150 mm
-
Tulangan
tumpuan (bebas)
Tulangan
atas :
Jika digunakan tulangan
D16 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (16)2
=
200, 960 mm2
Ast = 621.449 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092buah)
Maka ntuk tulangan atas
dipakai 4D16
Tulangan
bawah
:
Jika digunakan tulangan
D16 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (16)2
=
200, 960 mm2
Ast = 302.040 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (302.040 / 200.960 = 1.503 buah)
Maka ntuk tulangan atas
dipakai 3D16
Tulangan
geser :
Jika digunakan tulangan
P 10 (Besi polos)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.029 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575
mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100
mm
-
Tulangan
tumpuan (menerus)
Tulangan
atas :
Jika digunakan tulangan
D16 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼ (3.14)
x (16)2
=
200, 960 mm2
Ast = 621.449 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092buah)
Maka ntuk tulangan atas
dipakai 4D16
Tulangan
bawah
:
Jika digunakan tulangan
D16 (Deform Bars/ulir)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (16)2
=
200, 960 mm2
Ast = 302.040 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (302.040 / 200.960 = 1.503 buah)
Maka ntuk tulangan atas
dipakai 3D16
Tulangan
geser :
Jika digunakan tulangan
P 10 (Besi polos)
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.029 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575
mm)
Maka digunakan tulangan
2P10 – 100 mm
4.2.
Pembesian
Kolom
4.2.1
Pembesian
kolom lantai 1
Tabel 1.7 Luas Tulangan Total
Frame
ID
|
Section
ID
|
Kombinasi
|
Portal
As
|
||
Rebar Area
|
Major Shear
|
Minor Shear
|
|||
107
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.137
|
1.137
|
106
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.138
|
1.138
|
103
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.169
|
1.169
|
102
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.148
|
1.148
|
Dari
tabel diatas diambil luas tulangan maksimum yaitu pada frame ID 103.
Tulangan Longitudinas/pokok
Luas
tulangan longitudinal kolom yang diperlukan = 1600 mm2, Misal digunakan
tulangan deform D 19, maka :
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (19)2
=
283, 385 mm2
Ast = 1600 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan
adalah (1600 / 283.385 = 5.647 buah)
Maka dipakai tulangan
6D19.
Tulangan
geser
Luas tulangan geser kolom arah
sumbu kuat = arah sumbu lemah = 1.169 mm2
Digunakan
tulangan P10, maka:
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.169 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.169 = 134.303
mm)
Maka digunakan tulangan
2P10 – 130 mm
4.2.2
Pembesian
kolom lantai 2 /atap
Tabel 1.8 Luas Tulangan Total
Frame
ID
|
Section
ID
|
Kombinasi
|
Portal
As
|
||
Rebar Area
|
Major Shear
|
Minor Shear
|
|||
78
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.677
|
1.677
|
76
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.699
|
1.699
|
77
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.708
|
1.708
|
72
|
K 40x40
|
Combo
6
|
1600
|
1.669
|
1.669
|
Dari
tabel diatas diambil luas tulangan maksimum yaitu pada frame ID 77.
Tulangan Longitudinas/pokok
Luas
tulangan longitudinal kolom yang diperlukan = 1600 mm2, Misal digunakan
tulangan deform D 19, maka :
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (19)2
=
283, 385 mm2
Ast = 1600 mm2
Jumlah tulangan yang
diperlukan adalah (1600 / 283.385 = 5.647 buah)
Maka dipakai tulangan
6D19.
Tulangan
geser
Luas tulangan geser kolom arah
sumbu kuat = arah sumbu lemah = 1.708 mm2
Digunakan
tulangan P10, maka:
As = ¼ π D2
= ¼
(3.14) x (10)2
=
78.500 mm2
Ast = 1.708 mm2
Misalnya digunakan
2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.708 = 134.303
mm)
Maka digunakan tulangan
2P10 – 130 mm
Tabel 1.9
Rekapitulasi pembesian







Tidak ada komentar:
Posting Komentar