Sabtu, 17 November 2012

Tugas Mekanika Rekayasa



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung kemajuannya dalam bidang ini. Dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi, bangsa Indonesia akan dapat memenuhi tuntutan ini.Bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi Sumber Daya Manusia yang
berkualitas. Dalam merealisasikan hal ini Fakultas Teknik Universitas Almuslin Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen menuntut agar mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan memberikan tugas-tugas kuliah sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja.


1.2.            Maksud dan Tujuan
Dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern dan Berteknologi pada saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Dalam hal ini khususnya teknik sipil sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Almuslin Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen sebagai lembaga pendidikan mempunyai tujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat menyukseskan pembangunan nasional.
1.3.            Batasan Masalah
Merencanakan penulangan Kolom dan Balok, dengan ukuran penampang sebagai berikut :
-          Kolom             : 40 x 40 cm
-          Balok               : 30 x 50 cm


1.4.            Kriteria Perencanaan
1.      Spesifikasi Bangunan
a.       Fungsi bangunan                     : Asrama
b.      Luas bangunan                        : 280 m2
c.       Jumlah lantai                           : 2 lantai
d.      Tinggi antar lanta                    : 4 m (untuk lantai 1), 3 m (untuk lantai 2)
e.       Penutup atap                           : Pelat (t = 12 cm)

2.      Spesifikasi Bahan
a.       Mutu beton (f’c)                     : 20 MPa, Fcs              = 15 Mpa
b.      Mutu baja tulangan (fy)          : 400 MPa, Fys            = 270 Mpa


1.5.            Peraturan dan Standar Perencanaan
a.       Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung (SNI 03-1726-2003).
b.      Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung(SNI 02-2847 - 2002).
c.       Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1989).

BAB II
DASAR TEORI


2.1.            Dasar Perencanaan
2.1.1.      Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut, (PPIUG 1983). beban beban tersebut adalah:


1.      Beban Mati (qd)
Beban mati adalah beban dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap atau tidak berubah, termasuk segala unsur tambahan serta peralatan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung, dapat dilihat pada Pedoman Pembebanan Indonesia Untuk gedung (PPIUG 1983).











2.      Beban hidup (ql)
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan sebesar 2,5 kN/m2 (PPIUG 1983).

Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti Koefisien Reduksi Beban Hidup (table PPIUG-1983).






3.      Beban Gempa (E)
Beban gempa dihitung berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003), yang dilakukan dengan 3 metode yaitu static ekuivalen, dengan cara dinamik dengan Spectrum Respon Analysis, dan cara dinamik dengan Time History Analysis. Pada gedung ini dilakukan dengan cara static ekuivalen


4.      Kombinasi Pembebanan
Untuk kombinasi pembebanan berdasarkan Tata Cara Perhitungan Dtruktur Beton Untuk Gedung (SNI 03-2847-2002) yaitu :
U         = 1,4 D
U         = 1,2 D + 1,6 L
U         = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E
U         = 0,9 D ± 1,0 E
Keterangan :
D         = Dead Load (beban mati)
L          = Live Load (beban hidup)
E          = Earthquake (beban gempa)

5.      Asumsi yang digunakan
Pemodelan struktur 3D (Space Frame) dilakukan dengan program computer yaitu dengan software sap2000 versi 7.


BAB III
PEMBEBANAN

3.1.            Pembebanan Struktur
3.1.1.      Pembebanan pada pelat lantai
a.      Lantai 1 (satu)
Direncanakan tebal pelat 12 cm
o   Beban Mati (qd)
-          Berat sendiri pelat             : 0,12 x 24 x 1                         = 2,88 kN
-          Berat keramik (1 cm)        : 0,01 x 24 x 1                         = 0,24 kN
-          Berat spesi (2 cm)             : 0,02 x 21 x 1                         = 0,42 kN
-          Berat pasir (2 cm)              : 0,02 x 16 x 1                         = 0,32 kN
-          Berat plafon + instalasi + mekanikal                                 = 0,25 kN
Qd       = 4,11 kN
Jadi beban mati pelat lantai 1 adalah qd x luas pelat = 6,99 x 288     = 1957,2 kN

o   Beban hidup (ql)
-          Beban hidup yang terjadi pada lantai asrama adalan 2,5 kN/m2
Beban hidup pelat lantai 1 adalah ql x luas pelat = 2,5 x 288            = 700 kN
Jadi beban hidup yang bekerja pada lantai 1 = 700 x 0,75                 = 525 kN
Keterangan :
”0,75 adalah faktor reduksi beban hidup yang terjadi pada lantai (PPIUG 1983)”

b.      Lantai 2 / Atap
Direncanakan tebal pelat 12 cm
o   Beban Mati (qd)
-          Berat sendiri pelat             : 0,12 x 24 x 1                         = 2,88 kN
-          Berat spesi (2 cm)             : 0,02 x 21 x 1                         = 0,42 kN
-          Berat plafon + instalasi + mekanikal                                 = 0,25 kN
Qd       = 3,55 kN
Jadi beban mati pelat lantai 1 adalah qd x luas pelat = 3,55 x 280     = 994 kN

o   Beban hidup (ql)
-          Beban hidup yang terjadi pada lantai atap adalan 1,5 kN/m2
Beban hidup pelat lantai 1 adalah ql x luas pelat = 1,5 x 288            = 420 kN
Jadi beban hidup yang bekerja pada lantai 1 = 420 x 0,75                 = 315 kN

3.1.2.      Pembebanan pada Kolom dan Balok
a.      Berat kolom dan balok lantai 1
Direncanakan kolom dengan ukuran 40 x 40 cm dan balok 30 x 50 cm
Berat sendiri kolom           = 0,4 x 0,4 x 24                                   = 3,84 kN/m
Berat sendiri balok            = 0,3 x 0,5 x 24                                   = 3,60 kN/m
Berat kolom lantai 1          = 3,84 x 5,5 x 20                                 = 422,4 kN
Berat balok lantai 1          = 3,60 x 150                                        = 540 kN

b.      Berat kolom lantai 2
Berat kolom lantai 2/atap  = 3,84 x 1,8 x 20                                 = 138, 24 kN
Berat balok lantai 2/atap   = 3,60 x 150                                        = 540 kN


c.       Rekapitulasi berat struktur
1.      Berat struktur lantai 1
= Berat kolom + berat balok + berat lantai + beban hidup
= 422,4 + 540 + 1957,2 + 525                                                = 3445 kN


2.      Berat struktur lantai 2/atap
= Berat kolom + berat balok + berat lantai
= 138,24 + 540 + 1957,2 + 315                                              = 1987 kN

Tabel 1.1 Rekapitulasi Berat Struktur Per Lantai
Lantai
Tinggi
Berat Lantai
Wx.hx
hx
Wx
(m)
(kN)
(kN-m)
2
7
3445
24112
1
5.5
1987
10930
5432
35042






3.1.3.      Beban Ekuivalen Lantai
a.      Beban Ekuivalen Lantai 1 (satu)



















Gambar 1.0 Distribusi Beban Ekuivalen

Pembebanan ekuivalen pada lantai 1 (satu) dirubah dalam bentuk segitiga dan trapesium, sehingga beban lantai didistribusikan ketiap balok portal.
1.      Tipe A Segitiga
Leq 1   = 2/3 x h
            = 2 m
           

Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 8,2 kN



Beban Hidup (LL)
            = ql x Leq 1
            = 5 kN

2.      Tipe B Segitiga
 Leq 1  = 2/3 x h
            = 0,67 m
           



Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 2,7 kN
Beban Hidup (LL)
            = ql x Leq
            = 1,7 kN

3.      Tipe C Trapesium
 Leq     = h-(4.a2.h/3.L2)
            = 0,92 m
a          = ¼ L
            = 1.5 m           



Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 3,8 kN
Beban Hidup (LL)
            = ql x Leq
            = 2,3 kN

b.      Beban Ekuivalen Lantai 2 / atap
1.      Tipe A Segitiga
Leq 1   = 2/3 x h
            = 2 m

           

Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 7,1 kN

Beban Hidup (LL)
            = ql x Leq 1
            = 3 kN

2.      Tipe B Segitiga
 Leq 1  = 2/3 x h
            = 0,67 m
           



Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 2,4 kN
Beban Hidup (LL)
            = ql x Leq
            = 1 kN

3.      Tipe C Trapesium
 Leq     = h-(4.a2.h/3.L2)
            = 0,92 m
a          = ¼ L
            = 1.5 m
           
Beban Mati (DL)
= qd x Leq
= 3,3 kN

Beban Hidup (LL)
            = ql x Leq
            = 1,4 kN




3.2.            Beban Gempa

a.      Lokasi Proyek
Lokasi pembangunan proyek didesa Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Daerah tersebut tergolong kewilayah zona 4 (empat), jenis tanah dilokasi proyek termasuk kedalam kategori tanah sedang.
Untuk tanah sedang zona 4 menurut tabel 4. Pasaar 4.7.2 SNI 03-1726-2003 :
-          Percepatan puncak batuan dasar         : 0,15 g
-          Percepatan puncak muka tanah, A0    : 0,22 g

-          Tc        : 0,60 dtk
-          Am      : 0,55
-          Ar        : 0,33
tabel 5. Pasaar 4.7.6 SNI 03-1726-2003

-          T          : 0,0731 x H3/4
: 0,46 dtk
Untuk T ≤ Tc, maka C = Am (pasal 4.7.6 SNI 03-1726-2003)
-          C = Am : 0,55
-          I = 1,0 (tabel 1. Pasar 4.2 SNI 03-1726-2003)
Dimana :
C    = Koefisien respons gempa
I      = Faktor keutamaan struktur
Wt  = Berat total bangunan
R    = Faktor reduksi, 8,5 (Tabel 2. SNI 1726 – 2003)
 
b.      Base Shear (V­B)
VB       =                           
=
            = 351   kN
c.       Gaya Lateral Ekuivalen
Fx  =

-          Lantai 2 /atap
            F2         =
-          Lantai 2
            F1         =
Tabel 1.2 Gaya Lateral Equivalent dan Gaya Geser Story

Lantai
hx
wx
hx wx
F Lateral
V Story
Fx
Vx
(kN)
(kN)
(kN-m)
(kN)
(kN)
2
7
3445
24112
242
242
1
5.5
1987
10930
110
351
5432
35042










Tabel 1.3 Hitungan gaya gempa per joint
Lantai
F lateral
Gaya Gempa

Fx
Equivalent

(kN)
 (kN)

2
242
12

1
110
5



Tabel 1.4 Input ke sap2000


Lantai
Arah X
Arah Y
70%
30%
kN
kN
2
8.46
3.63
1
3.84
1.64

BAB IV
DESAIN TULANGAN



4.1.            Pembesian Balok
Dari hasil perhitungan pembesian balok dan kolom dengan kombinasi pembebanan yang telah ditetapkan dapat dilihat pada lampiran luas tulangan total. Tampak bahwa tidak satupun elemen balok atau kolom yang mengalami over strength (OS) yang ditandai dengan warna merah pada elemennya. Dengan demikian secara keseluruhan struktur aman terhadap berbagai macam kombinasi beban gempa yang telah ditetapkan.

4.1.1.      Pembesian Pada Balok Lantai 1 (satu)
Dari hasil analisis design check of structure, maka didapat luas tulangan total untuk  tiap frame ID, maka diambil salah satu nilai yang paling maksimum, dikarenakan untuk memudahkan pelaksanaan. Untuk konstruksi sederhana yang mudah diawasi, penggunaan diameter yang bervariasi tidak jadi masalah jika digunakan. tapi untuk skala yang lebih besar hal itu harus benar diperhatikan. Pada gedung ini luas tulangan total yang maksimum dapat dilihat  pada tabel 1.5 dibawah ini adalah sebagai berikut :



Tabel 1.5 Luas Tulangan Total
Frame
ID
Section
ID
Kombinasi
Luas Tulangan Total (mm2)
Portal
As
Top Steel
Bottom Steel
Shear Steel
 Momen+       Rebar
Momen-       Rebar
45
B 30x50
Combo 2
807.294
475.738
1.524
388.751
807.294
4
46
B 30x50
Combo 3
475.738
269.419
1.071
202.064
411.608
47
B 30x50
Combo 2
807.294
475.738
1.528
388.751
807.294


Tulangan yang digunakan
Dari tabel diatas maka diambil luas tulangan yang maksimum untuk desain penulangan pada balok portal yaitu pada frame ID 47 (pada portal as 4).

-          Tulangan Lapangan (tengah bentang)
Tulangan atas :
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 807.294 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 3D19


Tulangan bawah :
Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 475.738 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (475.738 / 283.385 = 1.679 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 2D19

Tulangan geser :
Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.528 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100 mm

-          Tulangan tumpuan (bebas)
Tulangan atas :
Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 807.294 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah)
Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D19

Tulangan bawah :
Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 388.751 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (388.751 / 283.385 = 1.372 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 2D19

Tulangan geser :
Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.528 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100 mm

-          Tulangan tumpuan (menerus)
Tulangan atas :
Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 807.294 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah)
Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D19

Tulangan bawah :
Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 388.751 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (388.751 / 283.385 = 1.372 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 2D19

Tulangan geser :
Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.528 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100 mm

4.1.2.      Pembesian balok lantai 2 / atap
Tabel dibawah ini adalah luas tulangan total pada balok lantai 2 / atap.
Tabel 1.6 Luas Tulangan Total
Frame
ID
Section
ID
Kombinasi
Luas Tulangan Total (mm2)
Portal
As
Top Steel
Bottom Steel
Shear Steel
 Momen+       Rebar
Momen-       Rebar
12
B 30x50
Combo 2
621.449
402.720
1.025
302.04
621.449
3
14
B 30x50
Combo 3
436.805
215.266
1.148
161.449
327.604
13
B 30x50
Combo 2
621.449
402.720
1.029
302.04
621.449


Tulangan yang digunakan
Dari tabel diatas maka diambil luas tulangan yang maksimum untuk desain penulangan pada balok portal yaitu pada frame ID 13 (pada portal as 3).

-          Tulangan Lapangan (tengah bentang)
Tulangan atas :
Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (16)2
                  = 200, 960 mm2
Ast                        = 621.449 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 4D16


Tulangan bawah :
Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (16)2
                  = 200, 960 mm2
Ast                        = 402.720 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (402.720 / 283.385 = 2.004 buah)
Maka untuk tulangan atas dipakai 3D16

Tulangan geser :
Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.029 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 150 mm

-          Tulangan tumpuan (bebas)
Tulangan atas :
Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (16)2
                  = 200, 960 mm2
Ast                        = 621.449 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092buah)
Maka ntuk tulangan atas dipakai 4D16

Tulangan bawah :
Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (16)2
                  = 200, 960 mm2
Ast                        = 302.040 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (302.040 / 200.960 = 1.503 buah)
Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D16

Tulangan geser :
Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.029 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100 mm

-          Tulangan tumpuan (menerus)
Tulangan atas :
Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (16)2
                  = 200, 960 mm2
Ast                        = 621.449 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092buah)
Maka ntuk tulangan atas dipakai 4D16

Tulangan bawah :
Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (16)2
                  = 200, 960 mm2
Ast                        = 302.040 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (302.040 / 200.960 = 1.503 buah)
Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D16

Tulangan geser :
Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos)
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.029 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 100 mm

4.2.            Pembesian Kolom
4.2.1        Pembesian kolom lantai 1
Tabel 1.7 Luas Tulangan Total
Frame
ID
Section
ID
Kombinasi
Portal
As
Rebar Area
Major Shear
Minor Shear
107
K 40x40
Combo 6
1600
1.137
1.137
106
K 40x40
Combo 6
1600
1.138
1.138
103
K 40x40
Combo 6
1600
1.169
1.169
102
K 40x40
Combo 6
1600
1.148
1.148

Dari tabel diatas diambil luas tulangan maksimum yaitu pada frame ID 103.
Tulangan Longitudinas/pokok
Luas tulangan longitudinal kolom yang diperlukan = 1600 mm2, Misal digunakan tulangan deform D 19, maka :
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 1600 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (1600 / 283.385 = 5.647 buah)
Maka dipakai tulangan 6D19.

Tulangan geser
Luas tulangan geser kolom arah sumbu kuat = arah sumbu lemah = 1.169 mm2
Digunakan tulangan P10, maka:
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.169 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.169 = 134.303 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 130 mm

4.2.2        Pembesian kolom lantai 2 /atap
Tabel 1.8 Luas Tulangan Total
Frame
ID
Section
ID
Kombinasi
Portal
As
Rebar Area
Major Shear
Minor Shear
78
K 40x40
Combo 6
1600
1.677
1.677
76
K 40x40
Combo 6
1600
1.699
1.699
77
K 40x40
Combo 6
1600
1.708
1.708
72
K 40x40
Combo 6
1600
1.669
1.669


Dari tabel diatas diambil luas tulangan maksimum yaitu pada frame ID 77.
Tulangan Longitudinas/pokok
Luas tulangan longitudinal kolom yang diperlukan = 1600 mm2, Misal digunakan tulangan deform D 19, maka :
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (19)2
                  = 283, 385 mm2
Ast                        = 1600 mm2
Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (1600 / 283.385 = 5.647 buah)
Maka dipakai tulangan 6D19.

Tulangan geser
Luas tulangan geser kolom arah sumbu kuat = arah sumbu lemah = 1.708 mm2
Digunakan tulangan P10, maka:
As              = ¼ π D2
                  = ¼ (3.14) x (10)2
                  = 78.500 mm2
Ast                        = 1.708 mm2
Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.708 = 134.303 mm)
Maka digunakan tulangan 2P10 – 130 mm


Tabel 1.9 Rekapitulasi pembesian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar